SURABAYA- Master yang dijuluki The Last Samurai ini adalah karateka yang menaklukan 100 orang bergiliran dengan durasi 3 Jam 22 menit. Kedatangannya akan melakukan bimbingan kepada para pelatih karate di Indonesia.
Randy Tumiwa CEO dari Musashi Project menjelaskan pihaknya sebagai Event Organizer (EO) menggandeng Organisasi Pembinaan Mental Karate (PMK) Kyokushinkai Karate Do Indonesia dalam mendatangkan Akira Masuda master karate dari Jepang itu.
Nantinya, Akira Masuda akan memberikan pelatihan kepada pembina karate di PMK Kyokushinkai Karate Do Indonesia di Kota Batu selama 2 hari.
“Agenda dimulai pada Jumat (31/05/2024) lalu dilanjutkan hari Sabtu (1/05/2024). Nanti Master Akira Masuda juga akan memberikan pelatihan kepada warga PMK Kyokushinkai Karate Do Indonesia secara umum di Surabaya pada Senin (03/05/2024),” kata Randy Tumiwa, Rabu (29/05/2024).
Randy Tumiwa menjelaskan, pihaknya sengaja mengundang Akira Masuda karena kehebatannya di dunia karate. Akira Masuda mampu mengalahkan 100 musuh secara bergantian dengan dibatasi waktu 1 musuh hanya 2 menit. Tantangan itu selesai dalam waktu 3 jam 22 menit. Setelah melakukan tantangan itu, Akira Masuda harus istirahat sejenak 3 bulan karena gagal ginjal akut. Hebatnya setelah keluar rumah sakit, Akira Masuda mampu menjadi juara di Kejuaraan Dunia Karate pada tahun 1991.
“Akira Masuda memiliki jam terbang pengalaman yang luar biasa. Dia Mulai berkarir pada tahun 1983 ketika umur 19 tahun dan baru pensiun di tahun 2000,” tutur Randy.
Sementara itu, Akira Masuda mengatakan bahwa kedatangannya ke Indonesia merupakan yang pertama. Ia tertarik ke Indonesia karena di perguruannya di Jepang ada murid hebat dari Indonesia. Ia pun akhirnya memutuskan ke Indonesia untuk melihat pembinaan karate di Indonesia.
“Saya sangat ingin menciptakan kerjasama untuk gaya baru di dunia karate. Bagian paling penting dari karate adalah mengembangkan kepentingan bersama. Karate harus berkontribusi di masyarakat,” katanya dalam bahasa Jepang.
Akira Masuda sendiri berpesan kepada pembinaan karate di Indonesia agar tidak terlalu meniru budaya karate di Jepang. Lebih baik menurut Akira, karate Indonesia menciptakan gayanya sendiri. Sehingga bisa menjadi senjata utama. Ia mencontohkan, atlet karate di eropa selalu memiliki postur yang lebih unggul. Jika mereka meniru gaya karate Jepang, maka para atlet Eropa akan kesulitan karena kalah lincah.
“Menurut saya karate secara mendasar sama. Namun cara pengembangannya itu masing-masing daerah dan orang berbeda. Jadi tidak perlu meniru tapi kembangkan potensi masing-masing,” tutup Akira.
Sementara itu, Hartanto Chandra Djaja, Ketua Bidang Organisasi Pembinaan mental karate Kyokushinkai Karate Do Indonesia menegaskan bahwa Akira Masuda datang dikhususkan untuk mengajari para pelatih karate di Indonesia supaya olahraga pembibitan atlet muda semakin baik. Pelatih merupakan ujung tombak dalam perkembangan olahraga karate di Indonesia.
Selain memberikan pelatihan, Akira Masuda akan meresmikan Dojo Karate terbesar di Indonesia yang akan berada di Kota Batu. (*)